Antara penciptaan dan ideologi, Penemuan sebagai strategi merusak, ( 2-Habis )


Google
Pada tulisan sebelum saya menceritakan bedanya pendidikan dulu dan sekarang yang diceritakan oleh salahseorang aktivis organisasi mahasiswa besar. Bahwasanya pesatnya perkembangan teknologi informasi seperti saat ini membawa dampak  positif-negatif bagi kehidupan .
Mungkin selama ini sebagian besar orang, termasuk saya sendiri masih memikirkan manfaat dari teknologi informasi dan komunikasi jarang ada yang berpikir negatif penciptaan teknologi informasi dan komunikasi tersebut asal saat ini saya terbantukan dengan ini.

Disini saya akan meletakan prespektif saya sebagai muslim nasionalis. Artinya, komentar saya selanjutnya tidak hanya sebagai seorang muslim yang mengomentari strategi ciptaan Barat berupa inovasi temnologi komunikasi dan informasi, namun juga sebagai warga negara yang mengakui NKRI sebagai negara homogen dan menjunjung tinggi toleransi hidup bermasyarakat dengan latar berbeda keyakinan ( Agama ).

Semenjak awal 90 an. Teknologi informasi dan komunikasi tampaknya menjadi prospek bisnis baru yang menjanjikan, namun peguasa sektor ini tetap dibarat yang notabenya mayoritas penduduknya non-muslim.

Al Qur'an. Surat Al Baqoroh, ayat 120. Jelas mengatakan, bahwasanya mereka ( Yahudi-Nasroni ) tidak akan rela melihat  Islam merdeka. Misi mereka menjadikan orang islam sehingga mau mengikuti mereka dan visinya menguasai dunia. Akan tetapi juga bukan alasan tidak menghormati agama lainya. Termasuk mereka selama bisa hidup berdampingan dan tidak  mengganggu yang lain sehingga membolehkanya syariat untuk membunuh ( Menjaga ukhuwah wathoniah ).

Seandainya dipikir mendalam sebelum dicernah. Apakah yang pertamakali mereka lemparkan sebelum terjadi adu fisik ? Opini, Ideologi, dan Hak Asasi versi mereka. Namun terkadang ummat islam sendiri yang terlalu progresif menyikapi apa yang telah mereka lemparkan. Begitu ummat islam panas dan menyerang fisik. Mereka akan menyerang balik dengan kekuatan lebih besar yang tidak kita perhitungkan dengan matang. Setidaknya perang Jom Kippur, Teluk, Afganistan, dan Irak-Iran bisa menjadi pelajaran berharga.

Percaya atau tidak. Bahwa saat ini perang sudah dimulai yakni perang media dan ideologi. Semakin cepatnya penyebaran informasi menguntungkan pihak yang ingin menguasai dunia. Saya mengutip dari perkataan Habib Umar Bin Hafidz Yaman yang pernah dishare oleh teman saya. " Satu peluru bisa membunuh satu nyawa, namun satu tulisan bisa membunuh jutaan nyawa."
Sejarah perang timur tengah yang sudah-sudah diawali dengan melempar bola panas adu-domba. Tidak langsung invasi militer. Didalam dunia politik militer, teknik adu-domba menjadi cara ampuh untuk melemahkan kekuatan lawan dengan meyusupkan intelejen yang akan mengumpulkan informasi dari dalam sebagai pertimbangan Devide et empera.

Setelah dari dalam diri musuh sendiri terjadi perpecahan dan tidak percaya satu-sama lain akan terjadi saling bunuh dan klaim benar sesama kawan yang seharusnya saling melindungi. Ketika situasi sudah semakin kacau, mereka datang dengan membawa lusinan militer dengan dalih misi kemanusiaan.

Allah maha kuasa dan bisa menjadikan apapun sesuai kehendakNya yang mustahil bagi makhluk. Mungkin bagi Allah membuat anak kecil mengalahkan orang dewasa. Namun sekali lagi bukan berati manusianya tenang-tenang dan bertindak dengan gegabah. Jika mereka melempar pernyataan perang dengan melempar ideologi dan teknologi informasi dan komunikasi. Kenapa tidak dilawan dengan hal yang sama? Ibarat anak kecil yang akan melawan orang dewasa secara fisik, ia akan kalah jika harus head to head, namun jika ia menggunakan akalnya dengan menyiramkan merica bubuk atau sambal ke muka orang dewasa. Ia menang.
Wa allahu a'lam bishowwab.       

Novan Arianto | J-Independent


Share on Google Plus