Pada tulisan sebelum saya menceritakan bedanya
pendidikan dulu dan sekarang yang diceritakan oleh salahseorang aktivis
organisasi mahasiswa besar. Bahwasanya pesatnya perkembangan teknologi
informasi seperti saat ini membawa dampak
positif-negatif bagi kehidupan .
Mungkin selama ini sebagian besar orang,
termasuk saya sendiri masih memikirkan manfaat dari teknologi informasi dan
komunikasi jarang ada yang berpikir negatif penciptaan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut asal saat ini saya terbantukan dengan ini.
Disini saya akan meletakan prespektif saya
sebagai muslim nasionalis. Artinya, komentar saya selanjutnya tidak hanya
sebagai seorang muslim yang mengomentari strategi ciptaan Barat berupa inovasi
temnologi komunikasi dan informasi, namun juga sebagai warga negara yang
mengakui NKRI sebagai negara homogen dan menjunjung tinggi toleransi hidup
bermasyarakat dengan latar berbeda keyakinan ( Agama ).
Semenjak awal 90 an. Teknologi informasi dan
komunikasi tampaknya menjadi prospek bisnis baru yang menjanjikan, namun
peguasa sektor ini tetap dibarat yang notabenya mayoritas penduduknya
non-muslim.
Al Qur'an. Surat Al Baqoroh, ayat 120. Jelas
mengatakan, bahwasanya mereka ( Yahudi-Nasroni ) tidak akan rela melihat Islam merdeka. Misi mereka menjadikan orang
islam sehingga mau mengikuti mereka dan visinya menguasai dunia. Akan tetapi
juga bukan alasan tidak menghormati agama lainya. Termasuk mereka selama bisa
hidup berdampingan dan tidak mengganggu
yang lain sehingga membolehkanya syariat untuk membunuh ( Menjaga ukhuwah
wathoniah ).
Seandainya dipikir mendalam sebelum dicernah.
Apakah yang pertamakali mereka lemparkan sebelum terjadi adu fisik ? Opini,
Ideologi, dan Hak Asasi versi mereka. Namun terkadang ummat islam sendiri yang
terlalu progresif menyikapi apa yang telah mereka lemparkan. Begitu ummat islam
panas dan menyerang fisik. Mereka akan menyerang balik dengan kekuatan lebih
besar yang tidak kita perhitungkan dengan matang. Setidaknya perang Jom Kippur,
Teluk, Afganistan, dan Irak-Iran bisa menjadi pelajaran berharga.
Percaya atau tidak. Bahwa saat ini perang
sudah dimulai yakni perang media dan ideologi. Semakin cepatnya penyebaran
informasi menguntungkan pihak yang ingin menguasai dunia. Saya mengutip dari
perkataan Habib Umar Bin Hafidz Yaman yang pernah dishare oleh teman saya.
" Satu peluru bisa membunuh satu nyawa, namun satu tulisan bisa membunuh
jutaan nyawa."
Sejarah perang timur tengah yang sudah-sudah
diawali dengan melempar bola panas adu-domba. Tidak langsung invasi militer.
Didalam dunia politik militer, teknik adu-domba menjadi cara ampuh untuk
melemahkan kekuatan lawan dengan meyusupkan intelejen yang akan mengumpulkan informasi
dari dalam sebagai pertimbangan Devide et empera.
Setelah dari dalam diri musuh sendiri terjadi
perpecahan dan tidak percaya satu-sama lain akan terjadi saling bunuh dan klaim
benar sesama kawan yang seharusnya saling melindungi. Ketika situasi sudah
semakin kacau, mereka datang dengan membawa lusinan militer dengan dalih misi
kemanusiaan.
Allah maha kuasa dan bisa menjadikan apapun
sesuai kehendakNya yang mustahil bagi makhluk. Mungkin bagi Allah membuat anak
kecil mengalahkan orang dewasa. Namun sekali lagi bukan berati manusianya
tenang-tenang dan bertindak dengan gegabah. Jika mereka melempar pernyataan
perang dengan melempar ideologi dan teknologi informasi dan komunikasi. Kenapa
tidak dilawan dengan hal yang sama? Ibarat anak kecil yang akan melawan orang
dewasa secara fisik, ia akan kalah jika harus head to head, namun jika ia
menggunakan akalnya dengan menyiramkan merica bubuk atau sambal ke muka orang
dewasa. Ia menang.
Wa allahu a'lam bishowwab.
Novan Arianto | J-Independent