Foto oleh. Alyasini.net |
Profil
singkat :
Nama
: KH. Yasin Abd Ghoni Bin Kiyai. Abdul Ghoni
Lahir :-
Asal :-
Pendidikan :
Pesantren Panji,-Buduran,Sidoarjo
Istri :
Nyai Hj.Chusniah
Anak :
KH. Imron Fatkhullah ( Yang diketahui, ayahanda KH. Mujib Imron )
Masa
hidup : Zaman kolonial Belanda-Jepang, Ir. Soekarno ( 1945-1952 )
Perjuangan :
Pendiri pesanten Al-Yasini penerus penerus perjuangan sang ayah
pembabat tanah Desa Arenf-areng, Ngabar
Saat
saya masih nyantri disalahsatu pesantren tua di Kab.Pasuruan. Adalah
Al-Yasini didirikan secara resmi oleh Kiyai Yasin Abdul Ghoni.
Sebelumnya Kiyai Abdul Ghoni sesepuh Desa Ngabar sekaligus ayahanda
kiyai yasin merintis pengajian sederhana yang diikuti oleh warga
sekitar. Waktu itu sederhana saja. Pengajian yang diadakan oleh kiyai
yasin tidak pernah berat. Hanya kitab akidatul awam, wasoyah, rawatib
dan mabadi ul fikih, maklum karena memang pada saat itu masyarakat
sekitar sangat awam jika harus menerima pengajian semacam kitab
fathul qorib dan sejenisnya.
Saya
memang tidak hidup bersama beliau namun dari keterangan yang saya
dapatkan dari saksi hidup beliau, mengatakan “ KH. Yasin iku loman
lan seneng kumpul karo masyarakat ( Srawung ).” KH Yasin itu
orangnya dermawan dan humanis. Dalam hal mengajar beliau lebih
mengutamakan untuk memberi contoh praktek langsung daripada berteori.
Karena waktu itu kalau hanya ceramah masyarakat tidak akan mudeng.
Saat
artikel saya yang berjudul “ Kiyai Ahli Tauhid Yang Merakyat. “
dimuat oleh Buletin Insani, edisi
ketiga bulan oktober 2015. Tidak
ada keterangan pasti kapan beliau dilahirkan karena saksi perjalanan
hidup beliau sudah banyak yang berpulang ke rahmatullah. Namun saya
berusaha keras mengorek sisa-sisa sejarah hidup beliau dari
sisa saksi sejarah yang masih hidup
dengan harapan kelak bisa menjadi cermin
bagi diri saya, teman-teman saya, pembaca artikel saya dan siapa saja
yang ingin belajar alim dan
berakhlakul
karimah dari risalah beliau.
Dari
usaha saya mengorek informasi, ada
beberapa keterangan penting yang saya dapatkan dari narasumber.
Pada
zaman penjajahan, waktu itu jepang melancarkan operasi pembersihan,
yakni mencari tokoh-tokoh pesantren untuk dihabisi, karena pihak
Jepang beranggapan tokoh-tokoh pesantren, juga kiyai waktu itu
melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Nippon. Mendengar kabar
tersebut kiyai yasin memerintahkan beberapa orang untuk membuat
sebuah sumur yang berlokasi di sebelah timur sungai Ngabar atau kini
menjadi halaman gedung MTS Al-Yasini. Kiyai lantas memerintahkan
warga, para santri, dan keluarga ndalem masuk kedalam lubang sumur
serta membawa hasil bumi untuk disembunyikan didalamnya. Selang
beberapa saat kemudian tentara Jepang mulai memasuki gerbang desa
Areng-areng dan mulai menyisir setiap sudut kampung namun tidak
membuahkan hasil, warga desa yang ketakutan juga memilih bersembunyi
bersama kiyai.
Berkat
perlindungan Allah. Pandangan tentara nippon seakan dikaburkan mereka
dibuat binggung agar tidak bisa menemukan kiyai dan warga desa yang
lain, padahal waktu itu mereka tengah bersembunyi didalam sebuah
sumur. H. Dofir salahseorang narasumber yang masih cucu dari kiyai
yasin mengenai sumur tersebut, ia bercerita,” waktu itu sebenarnya
jepang tahu posisi sumur tersebut namun Allah melindungi orang-orang
yang beriman, jadi pandangan mereka dikaburkan. Seandainya waktu itu
jepang berhasil menangkap kakek saya. Saya tidak tahu jadi apa saya
sekarang.”
KH.Yasin
adalah pejuang Hisbullah-NU, jombang. Namun kiyai meminta kepada
petinggi-petinggi hisbullah, kalau beliau tidak bisa ikut bertempur
geriliyah seperti pasukan lainya. Melakukan penyerangan objek-objek
musuh. Beliau meminta agar perjuangan beliau cukup dengan
mempertahankan pesantren Al-Yasini dan mengamankan desa sekitar.
Petinggi hisbullah mengizinkan permintaan Kiyai Yasin dan mengirim
beberapa pasukan khusus hisbullah yang sudah terlatih secara militer
untuk membantu mengamankan pesantren kiyai yasin.
Point
yang kedua,Kiyai Yasin adalah sosok kiyai humanis dan dermawan. Apa
yang diceritakan oleh narasumber ditunjukan dengan sikap kiyai yang
memepercayakan pengolahan mata pencarian pesantren kepada masyarakat
desa sekitar daripada harus membayar oranglain. Sebagai tenaga
lapangan kiyai sepenuhnya mempercayakan kepada warga desa ngabar.
Seakan sudah hafal tanpa diperintah oleh kiyai warga desa gotong
royong membantu semua teknis lapangan pertanian pesantren, mulai dari
bercocok tanam hingga paska panen. Sebagai imbalanya mereka
diberikan sebagian hasil bumi untuk kebutuhan sehari-hari. “ Itu
semua kiyai lakukan karena cita-cita yai sejak awal ingin membantu
menyejahterahkan kehidupan orang-orang disekitarnya terlebih dahulu
sebelum orang lain. '' H. Dofir.
Setelah
kemerdekaan. Setidaknya ada tenggang waktu dua tahun sebelum akhirnya
belanda melancarkan agresi Militernya yang kedua. Bangsa indonesia
bebas menentukan nasibnya sendiri. Pemerintah sibuk membenahi
birokrasinya, Militer disibuknya memperkuat pertahanan dan
alutsistanya, demikian juga dengan pesantren mulai menanta kembali
pendidikan setelah sebelumnya terbengkalai karena waktu itu penjajah
memaksa para santri untuk menutup kitab-kitabnya dan menenteng
senjata turun ke medan pertempuran.
Pengajian
di pesantren Al-Yasini kembali normal. Mushollah tua asrama timur ( putra ) kembali menjadi pusat perjuangan kiyai. Rutinan
pengajian kembali digelar, sebelum pengajian kiyai mememerintahkan
para santri untuk membaca nadzom akidatul awam dan kini menjadi
tradisi santri Al-Yasini. Dilantunkan sebelum pengajian atau pujian
sebelum sholat berjamaah sebagai salahsatu cara mengenang jasa-jasa Kiyai Yasin.
Diselah
wawancara saya dengan H.Dofir, ada satu hal menarik yang ia utarakan
kepada saat perihal keistimewaan yang ditipkan Allah kepada beliau.
Kiyai yasin, berupa kuda balap hitam yang bernama Semberani ada juga
yang mengatakan kuda melati. Kuda tersebut teman setia yai dalam
mendakwakan agama Allah. Karena waktu itu belum ada motor atau mobil
seperti jaman sekarang. Kuda semberanilah yang mengantarkan kemanapun
yai pergi. Keunikan yang terdapat pada kuda tersebut. Karena kuda
tersebut “ Nekan '' kalau kata orang jawa maksudnya datang kepada
seseorang yang dikehendaki secara tiba-tiba.
Kiyai
tidak pernah mencari atau menyuruh para santri untuk mencarikanya
rumput untuk makan semberani. “ Kuda tersebut diurus oleh
mailakat.” ujar H. Dofir, oleh karena itulah kiyai yasin tidak
pernah bingung harus merawatnya. Setelah Kiyai Yasin wafat pada
tanggal 1 Mei 1952 atau 1 Rajab 1374 M. Kuda semberani turut
meninggalkan dunia. Ada yang mengatakan kuda tersebut hilang karena
diangkat kembali oleh malaikat namun ada juga yang mengatakan kuda
tersebut mati dan dimakamkam dibelakang pondok pesantren Al Qodiri.
Tidak ada sumber pasti mengenai hal ini.
Dari
nilai-nilai perjuangan yang tercermin cerita diatas. Saya
menyimpulkan. Sebagai manusia terutama ummat muslim, terlebih lagi
kader dakwah. Santri harus responsif dan respek dimana kita berada.
Setiap daerah bisa jadi memiliki kultur dan budaya yang berbeda, oleh
karena itu kebutuhan dakwah harus disesuaikan. Kemudian yang kedua.
Kita mungkin mampu membayar seorang profesional dari negeri yang
sangat jauh untuk mengurusi aset kekayaan yang kita miliki tapi
alangkah baiknya jika dimulai dengan memperdayakan masyarakat sekitar
kita. Insyallah banyak manfaat yang akan kita peroleh jika kita bisa
mensejahterahkan orang-orang disekitar kita sebelum orang lain.
Kemudian
yang ketiga. Untuk membuat hal baik tidak harus dimulai dengan yang
sulit, mulailah dengan hal-hal sederhana. Jika yang sederhana bisa
kita lakukan, insyallah yang sulitpun mudah untuk dilakukan, kemudian
yang keempat saya dapatkan dari inspirasi kata-kata Gus. H. Dofir ''
Allah akan menolong siapa saja terutama orang-orang yang mau menolong
agamanya (Islam ).”
Penulis
:
Novan
Arianto
novanarianto53@yahoo.com