<Novan Arianto | J - Independent>
Suatu hari tidak sengaja saat saya sedang hang out, ngopi di cafe wifi Koperasi Telkom. Saya bertemu dengan salahseorang aktivis pusat organisasi mahasiswa terbesar di negara ini.
Setelah berkenalan. Dia becerita banyak hal kepada saya. Apa yang membuat negara ini tidak bisa maju ? Pertanyaan pertama. Satu pertanyaan yang mungkin jika dijabarkan satu per satu tidak akan pernah ada habisnya dan ujung-ujungnya mesti mengkerdilkan diri sendiri yang merupakan bagian dari negara.
Jawabanya adalah hak asasi manusia. Indonesia sebelum era 80 banyak menghadirkan tokoh-tokoh hebat yang dikenal dunia. KH. Hasyim Asyari, KH Achmad Dahlan, Soekarno, Panglima Ust. Sudirman, Bung Tomo, Soeharto, dan lain-lain. Pendidikan beliau-beliau dulu berbeda dengan pendidikan sekarang yang melempem. Dulu pendidikan tegas sekarang pendidikan malah menjadi perusak generasi bangsa. Tahu alasanya kenapa?
Kita terlalu sibuk dengan hal tidak penting. Katanya, walaupun kemaren kader-kader dari organisasinya ikut demo menentang pemimpin non-muslim di Jakarta. Dia menyatakan tidak setuju dengan kebijakan pengurus pusat. " Kalau kita mau realistis mas, ngapain coba kowar-kowar habis in tenaga. Sedangkan Amerika tidak akan pernah berhenti menyiapkan sejuta tipu dayanya untuk disuntikan kepada Indonesia. Demo besar-besar an kayak kmaren. Darimana mereka makanan dan minum kalau bukan dari non-muslim yang memproduksi termasuk kendaraan dan sandal mereka. Daripada gitu mending mikir bagaimana caranya memproduksi makanan sendiri dalam jumlah besar." Dia menceritakan banyak pengalamnya mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan tokoh-tokoh politik dari negara tetangga. Suatu hari dia pernah dikritik oleh salahseorang arab saat mengunjungi Jeddah beberapa tahun lalu. Kata arab tersebut. " Indonesia itu orangnya kebanyakan protes tapi tidak bisa membuat sendiri. Jagonya protes terus."
Katanya. Sebenarnya kita ini hanya jadi mainan HAK ASASI ( kata kunci 1 ) . Amerika adalah pemegang power. Tahu bagaimana cara mereka merusak generasi muda ? Laptop dan handphone yang anda pegang itulah jawabanya. Sambil menunjuk-nunjuk hanphone yang sedang saya genggam. Lihat sejarah kerasnya KH. Hasyim yang diminta berjalan dari Madura-Jombang oleh KH. CHOLIL. Kalau sekarang.... Yakin, ora ono sing gelem . Bisa-bisa lapor polisi dengan tuduhan pemaksaan dan macem-macem. Kemudian jamanya Cak Nur, BJ Habibie, Mahfudz MD, mungkin angkatan saya akhir ( 80 an ) yang benar-benar merasakan apa itu pendidikan. " Bapak saya dulu keras kepada saya mas, soal pendidikan. Ya tapi Alhamdulillah. Berkat keras tersebut. Saya bisa menjadi seperti saat ini."
Buka berita hari ini. Katanya, cari berita seorang murid memperkosa gurunya. Jaman saya dulu tidak ada hal-hal kayak gini. Darimana coba degradasi moral tersebut berasal ? Kalau tidak dari yang saya dan yang anda pegang itu.
" Andai kita mau berjamaah berpikir realistis dikit. Kenapa tidak memikirkan untuk membuat satelit sendiri ? Blokir internet positif bukan jaminan intenet kita bersih. Gampangnya gini, siapa yang punya satelit dan server-servernya kalau bukan amerika. Ya pasti mereka memiliki kuasa lebih dari kita yang cuman nyewa, lha wong mereka yang punya."
Besambung ke artikel 2............
( Dibalik penciptaan sebagai strategi merusak. )