Kemunculan media
sosial membawa banyak manfaat bagi penggunanya, namun disamping
manfaat . Medsos acapkali disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak
bertanggungjawab. Baru-baru ini fenomena kampanye melalui media
sosial menyita perhatian publik sampai-sampai menjadi trending topik
di media sosial dan berita di berbagai media masa yang ada.
Para calon baik
pemilu maupun pilkada berlomba-lomba mendulang perhatian publik
sebanyak-banyaknya. Mereka akan melakukan segala cara untuk
mendompleng perolehan suara publik termasuk menggunakan media sosial
sebagai media kampanye. Lemahnya pengawasan hukum dan regulasi
kejahatan dunia maya di Indonesia dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang
ingin meraup keuntungan saat musim pemilu berlangsung.
Penyedia jasa
pengolaan akun medsos ramai dibayar untuk menangani kampanye dunia
maya. Investigasi yang redaksi lakukan dengan mengambil sampel di
kota B yang sedang melaksanakan kontes demokrasi untuk memilih
pemimpin daerah baru. Kata seorang narasumber berinisial AR
menceritakan kepada kami. “ Jasa yang kami tawarkan
bermacam-macam tergantung permintaan tim sukses yang bersangkutan.
Selain konten positif, kami juga bersedia update konten negatif yang
akan menguntungkan si klien.”
Dari pengakuan AR.
Konten negatif. Seperti jonru dan provokasi cepat mendapatkan respon
dari publik ketimbang update-update yang hanya berisi ajakan dan
promosi visi-misi. Publik merasa kurang menarik karena beranggapan
“Ah,paling cuman luarnya doank yang baik.” dst. Kata AR. Bahkan
mereka menggunakan meme-meme untuk menyerang lawan atau membagikan
berita-berita yang dapat menjatuhkan musuh dengan diimbuhi kata-kata
yang memprovokasi. Adapaun akun resmi hanya digunakan untuk
menyebarkan visi-misi dan obral janji.
Kalo hanya
berkampanye dengan cara-cara konvesional, seperti hanya obral janji
menggunakan sarana media sosial kurang efektif. Untuk memancing
atensi pengguna media sosial. Mereka membuat virtual account yang
jumblahnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan yang dikendalikan
oleh beberapa orang saja yang digukan untuk membagikan berita-berita
dari situs-situs yang menguntungkan pihak klien. Setiap artikel yang
diunggah tak membutuhkan waktu lama untuk menjadi viral dimedia
sosial.
Tim sukses tak
jarang juga meminta tim medsos membuat rekayasa berita dengan
mencari-cari kelengahan lawan. Berita-berita tersebut dimuat di situs
buat sendiri kemudian dibagikan menggunakan virtual account. “Rasa
ingin tau tahu (antusiasme.red)
masyarakat kita sangat besar terhadap berita-berita yang berjudul
“provokatif”, namun. Budaya klarifikasi dimasyarakat kita masih
rendah. Kalo ada berita-berita yang judulnya....wooow dan menarik
untuk dibaca. Mereka langsung main klik aja, dibaca sekilas ,
kemudian ikutan share sana-sini. Padahal itu hanya berita rekayasa.”
Imbuhnya.Sebagai
langkah proteksi agar lolos dari hukum. Mereka bekerjasama dengan
hacker spesialis yang akan mengcover pekerjaan mereka.
Novan
Arianto